Penjualan Daihatsu di Cirebon Naik, Permintaan Gran Max Meningkat
Cirebon,- Setelah sempat turun ke posisi tiga, kini penjualan Daihatsu kembali menempati posisi dua di pasar otomotif Jawa Barat.
Kondisi serupa juga terlihat di wilayah Cirebon dan sekitarnya, di mana permintaan terhadap kendaraan niaga ringan Daihatsu Gran Max meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Branch Manager Astra Daihatsu Cirebon Tuparev, Rindi Kusumah mengungkapkan hingga Agustus 2025, market share Daihatsu di Jawa Barat mencapai 14,5 persen (year to date), naik dari posisi ketiga pada bulan-bulan sebelumnya.
Meskipun masih sedikit di bawah capaian tahun lalu sebesar 15,4 persen, Rindi menilai tren penjualan mulai membaik.
“Secara nasional pasar otomotif mengalami pelemahan, namun performa penjualan di Cirebon masih tergolong baik,” ujar Rindi, Jumat (17/10/2025).
Menurut Rindi, penurunan pasar otomotif juga terjadi di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan). Sepanjang tiga tahun terakhir, penjualan kendaraan dari seluruh merek mengalami penurunan tajam hingga 27 persen.
Pada 2023, rata-rata penjualan mencapai 980 unit per bulan. Jumlah itu turun menjadi 928 unit di 2024, dan kembali merosot menjadi sekitar 679 unit per bulan pada 2025 (hingga Agustus).
Meski demikian, Rindi menyebut penurunan penjualan Daihatsu masih lebih kecil dibandingkan pasar secara umum.
“Market Daihatsu turun sekitar 22 persen, sementara total pasar Ciayumajakuning turun hingga 27 persen. Dengan begitu, pangsa pasar Daihatsu justru meningkat menjadi 18,2 persen dari sebelumnya 17 persen,” jelasnya.
Rindi menambahkan, sejak April 2025 Daihatsu konsisten menempati posisi dua besar di Cirebon, seiring meningkatnya permintaan pada model Gran Max, baik varian Pick Up, Blind Van, maupun Minibus.
“Gran Max menjadi tulang punggung penjualan kami. Biasanya penjualan hanya 20–23 unit per bulan, kini bisa mencapai 35 unit,” katanya.
Peningkatan tersebut, lanjutnya, salah satunya disebabkan oleh tingginya permintaan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang membutuhkan armada angkut efisien seperti Gran Max.
Meski tren penjualan membaik, Rindi mengakui industri otomotif masih menghadapi sejumlah tantangan. Penurunan daya beli, sikap “wait and see” masyarakat terhadap pembelian mobil penumpang, hingga persaingan ketat antarbrand menjadi faktor utama. Selain itu, kondisi perusahaan pembiayaan juga menjadi perhatian.
“Tingkat NPL meningkat, banyak nasabah menunggak sehingga lembaga pembiayaan lebih selektif memberikan kredit,” paparnya.
Situasi tersebut diperparah dengan catatan riwayat kredit (SLIK) masyarakat yang masih bermasalah akibat pinjaman online atau cicilan lain.
“Sekitar 90 persen pembelian mobil dilakukan secara kredit. Jadi kalau proses pembiayaan terganggu, otomatis akan berdampak langsung pada angka penjualan,” tutupnya. (HSY)














