Kisah Kader TBC Tak Dibayar Rupiah, Tapi Sampai ke Mekkah

Bisniscirebon.com: Sudah hampir enam belas tahun lamanya Bu Jatminah melangkah dari rumah ke rumah, mengetuk pintu, mengetuk hati. Sejak tahun 2009, ia mendedikasikan hidupnya sebagai kader TBC, mendampingi pasien, mengedukasi warga, dan menjemput harapan bagi mereka yang kerap dijauhi karena penyakit. Dua puluh tahun pengabdian, namun belum pernah ada tangan pemerintah yang benar-benar menggenggam perjuangannya.
Di sela kesibukannya, Bu Jatminah juga sebagai Ibu Rumah Tangga. Pendapatannya tak menentu, namun semangatnya tak pernah redup. Ia tak pernah meminta balas jasa, hanya ingin melihat pasiennya sembuh dan kembali tersenyum.
Dari penuturannya, pernah suatu hari, ia menghadapi seorang pasien TBC yang menolak pengobatan. Berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ia datang, berbicara lembut, menenangkan, membujuk dengan penuh kasih. Hingga akhirnya, sang pasien luluh dan bersedia menjalani pengobatan.
“Kalau saya berhenti, siapa yang akan terus mengingatkannya?” katanya, dengan mata berkaca-kaca, Jumat (10/10/2025).
Bagi Bu Jatminah, kunjungan bukan sekadar pemeriksaan, tapi bentuk kepedulian,
“Apakah pasien baik-baik saja?” Kalimat sederhana yang ia ulang setiap hari, sambil menempuh jarak jauh tanpa kendaraan dinas, tanpa uang transport, tanpa imbalan. Semuanya dari kantong sendiri.
Yang ia dapatkan hanyalah doa.
“Semoga Ibu sehat selalu.”
“Semoga rezeki Ibu lancar.”
Doa-doa itu jadi upah yang lebih berharga dari sekadar angka di slip gaji.
Ketika ditanya apakah ia pernah lelah, jawabannya tegas, tanpa ragu:
“Tidak akan pernah. Ini panggilan hati. Saya tidak bisa membiarkan pasien berjuang sendiri. Saya hanya ingin mereka sembuh,” ujarnya.
Dalam diam, Bu Jatminah menyimpan satu harapan, bisa bertemu Presiden Prabowo, untuk menyampaikan bahwa kader TBC adalah ujung tombak penemuan kasus di masyarakat, tapi seringkali tak terlihat, tak didengar, tak dihargai sebagaimana mestinya.
Lalu, suatu hari telepon berdering.
“Bu! Ibu terpilih untuk umrah gratis! Selamat ya, Bu!”
Ia terdiam. Tangan bergetar. Hatinya berdesir.
“Ini… beneran? Saya gak dibohongi, kan?”
Tak lama, panggilan lain datang dari perwakilan PT Insight Investment Management (PT IIM).
“Selamat ya, Bu. Ibu terpilih sebagai kader yang akan diberangkatkan umrah.”
Air mata pun tumpah. Bu Jatminah sujud syukur, berulang kali mengucap Alhamdulillah.
“Saya pikir saya gak akan pernah bisa ke Tanah Suci. Saya hanya kader biasa, yang bekerja dengan niat membantu orang sembuh. Tapi ternyata Allah kasih jalan.”
Program hadiah umrah ini adalah inisiatif PT Insight Investment Management melalui Reksa Dana I-Hajj Syariah Fund, bekerja sama dengan Penabulu-STPI dan Yayasan STPI.
Pada batch pertama bulan September ini, lima kader TBC hebat diberangkatkan ke Tanah Suci. Program ini menjadi simbol bahwa eliminasi TBC 2030 bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi panggilan bagi semua pihak, termasuk sektor swasta untuk ikut menghargai perjuangan mereka yang bekerja di garis terdepan.
Setelah pulang dari Mekkah, Bu Jatminah tersenyum sambil menatap langit.
“Waktu tawaf, saya berdoa semoga bisa bertemu Presiden Prabowo. Saya ingin bilang, tolong dengar suara kami, lirikan kami, para kader. Kami mungkin kecil, tapi kami yang pertama menemukan, pertama mengetuk pintu, pertama memberi harapan.”(Regina)