Libur Panjang Dongkrak Penjualan Batik Cirebon, Pasar Mancanegara Meningkat

Cirebon,- Libur panjang akhir pekan berdampak positif pada penjualan batik, terutama bagi pelaku usaha batik seperti EB Batik Tradisional yang berlokasi di Jalan Panembahan Utara No. 1, Kabupaten Cirebon.
Meski tidak seramai musim liburan tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara tetap memberi angin segar bagi sektor ritel batik.
“Libur panjang kali ini cukup berdampak baik dibanding hari-hari biasa. Namun jika dibandingkan dengan libur panjang 1 – 2 tahun lalu, tahun ini tidak seramai sebelumnya,” ujar Hisyam Suleiman, pemilik EB Batik Tradisional kepada About Cirebon, Senin (5/5/2025).
“Mungkin karena efek situasi ekonomi dan daya beli masyarakat yang menurun,” tambahnya.
Menurutnya, permintaan dari wisatawan lokal cenderung stabil, namun peningkatan justru datang dari pasar mancanegara, seperti Belanda dan Jepang. Kedua negara ini menunjukkan minat tinggi terhadap batik premium buatan tangan khas Cirebon.
Produk batik tulis, kata Hisyam, masih menjadi andalan selama periode libur panjang.
“Karena kami menyasar segmen premium, yang paling laris tetap batik tulis. Wisatawan kini lebih menyukai motif yang cenderung modern, tapi motif klasik seperti megamendung tetap jadi primadona,” jelasnya.
Tren pembelian juga menunjukkan pergeseran ke arah batik siap pakai atau ready to wear. Wisatawan kini lebih memilih batik yang sudah dijahit dan bisa langsung dipakai, terutama dengan sentuhan desain modern yang memadukan motif klasik dan tekstil kontemporer.
“Orang-orang sekarang tidak mau repot beli kain lalu jahit sendiri. Batik ready to wear yang dikombinasikan dengan tekstil modern jadi pilihan,” katanya.
Untuk menarik minat pembeli selama liburan, EB Batik Tradisional aktif mengedukasi konsumen melalui media sosial.
Edukasi ini mencakup proses panjang pembuatan batik tulis dan nilai seni yang terkandung di dalamnya. Strategi ini terbukti efektif mendorong apresiasi terhadap batik sebagai karya seni bernilai tinggi.
“Media sosial sangat besar pengaruhnya. Hampir seluruh pelanggan kami melihat produk dan workshop kami lewat media sosial sebelum berkunjung langsung,” jelas Hisyam.
Selain itu, EB Batik Tradisional juga menjalin kerja sama strategis dengan sejumlah hotel dan agen perjalanan wisata melalui program tukar voucher dan kunjungan wisata.
Meski stok, bahan baku, dan tenaga kerja terjaga, tantangan terbesar tetap pada menurunnya daya beli.
“Dulu satu pelanggan bisa beli 3-5 kain batik tulis premium. Sekarang cenderung hanya beli satu,” ungkap Hisyam.
Selain itu, untuk menjaga keberlangsungan bisnis pasca-liburan, EB Batik Tradisional tengah mengembangkan inovasi batik ramah lingkungan.
Menggunakan bahan bersertifikat dari Jepang yang kualitasnya melebihi sutra biasa, mereka menghadirkan batik tulis dengan motif modern yang tetap menjunjung tinggi nilai tradisi.
“Kami ingin menjaga keberlanjutan dan tetap relevan dengan pasar global yang makin sadar lingkungan,” pungkas Hisyam. (HSY)
The post Libur Panjang Dongkrak Penjualan Batik Cirebon, Pasar Mancanegara Meningkat appeared first on About Cirebon.