Panduan Keuangan Praktis untuk Mengatasi Penurunan Kelas Menengah di Indonesia

Jakarta – Penurunan populasi kelas menengah di Indonesia menjadi perhatian mendalam Grant Thornton Indonesia, sebuah organisasi global terkemuka di bidang assurance, tax, dan advisory. Fenomena ini, yang tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan berbagai indikator ekonomi, menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sejak pandemi Covid-19. Penurunan ini berdampak langsung pada pola konsumsi dan tabungan rumah tangga.
Menurut laporan terbaru, populasi kelas menengah Indonesia turun dari 57,4 juta orang pada tahun 2019 menjadi 47,9 juta orang pada tahun 2024, yang berarti penurunan sekitar 9,5 juta orang atau 16,5%. Penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh tekanan inflasi tetapi juga perubahan gaya hidup yang memengaruhi daya beli dan tabungan masyarakat kelas menengah.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan bahwa data menunjukkan penurunan tabungan pada kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah seiring dengan meningkatnya harga bahan pangan. Meskipun bantuan sosial pemerintah sempat meredakan dampak ini, indeks belanja kelompok kelas menengah menunjukkan stagnasi, mengindikasikan bahwa sebagian besar penghasilan mereka tergerus oleh kenaikan harga. Akibatnya, tabungan yang biasanya digunakan untuk kebutuhan mendesak kini mulai dialihkan untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar.
Penurunan kelas menengah juga tercermin dalam penjualan produk konsumsi, seperti rokok. PT Gudang Garam Tbk melaporkan penurunan volume penjualan sebesar 7,2% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Penurunan ini diperparah oleh kenaikan tarif cukai hasil tembakau sebesar 10% tahun lalu. Perusahaan tersebut berencana untuk tidak menambah kapasitas produksi tahun ini karena penurunan volume penjualan. Ini mencerminkan turunnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, yang kini lebih memilih mengalokasikan pengeluaran mereka untuk kebutuhan pokok.
Demikian pula, penjualan kendaraan bermotor menunjukkan tren serupa. Minat masyarakat kelas menengah untuk membeli motor baru berkurang secara signifikan. Data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan penurunan penjualan sepeda motor sebesar 28% pada April 2024 dibandingkan Maret 2024. Penurunan ini juga terjadi pada penjualan kendaraan roda empat, yang mengalami penurunan dua digit. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin berhati-hati dalam mengatur pengeluaran dan cenderung menunda pembelian barang-barang yang tidak mendesak.
Dalam menghadapi tantangan ekonomi ini, Grant Thornton Indonesia memberikan beberapa panduan keuangan praktis untuk membantu kelas menengah bertahan dan mengelola keuangan mereka dengan lebih baik:
1. Diversifikasi Sumber Pendapatan: Untuk menanggulangi tekanan ekonomi, penting untuk mencari sumber pendapatan tambahan, seperti investasi atau usaha sampingan. Menambah keterampilan yang relevan dengan pasar juga dapat meningkatkan daya saing dan stabilitas finansial.
2. Pengelolaan Utang yang Bijak: Kendalikan penggunaan utang, terutama yang berbunga tinggi, dan fokus pada pelunasan utang yang sudah ada. Pinjaman online harus digunakan dengan bijak, dengan mempertimbangkan kemampuan untuk membayar agar tidak menjadi beban keuangan yang tidak terkelola.
3. Tingkatkan Literasi Keuangan: Dalam kondisi ekonomi yang menantang, literasi keuangan menjadi semakin penting. Peningkatan pemahaman tentang perencanaan keuangan dan manajemen aset dapat membantu masyarakat kelas menengah membuat keputusan yang lebih bijak.
Grant Thornton Indonesia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kestabilan ekonomi kelas menengah. Edukasi keuangan yang inklusif dan akses ke layanan keuangan yang lebih baik menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.
“Penurunan populasi kelas menengah adalah tantangan besar yang memerlukan solusi terintegrasi. Kami di Grant Thornton Indonesia yakin bahwa dengan perencanaan keuangan yang matang dan strategi yang tepat, kelas menengah tidak hanya bisa bertahan tetapi juga berkembang. Kami menyarankan diversifikasi investasi dan pengelolaan kas yang bijak, didukung dengan pemanfaatan teknologi finansial untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi saat ini,” ujar Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia.
“Kami memahami bahwa tekanan ekonomi saat ini dapat memberatkan kelas menengah. Di Grant Thornton Indonesia, kami berkomitmen untuk membantu mereka menemukan solusi keuangan yang adaptif dan relevan. Dengan strategi yang terukur, kami yakin kelas menengah Indonesia dapat tetap stabil dan menemukan peluang pertumbuhan di tengah tantangan ini,” tutup Johanna Gani.