Harga Kedelai Impor di Kudus Merangkak Naik Mencapai Rp11.000 per Kilogram

ARAH MURIA, Kudus – Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus mengalami kenaikan dan mencapai Rp11.000 per kilogram. Harga kedelai saat normal hanya berkisar Rp6.500 per kilogram.
Kenaikan harganya bertahap. Sejak pertengahan 2021, sudah naik berkisar Rp9.000 per kilogram.
Sedangkan awal pekan ini harga jual di pasaran berkisar Rp10.900 per kilogram dan naik lagi jadi Rp11.000 per kilogram, kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma’ruf, Sabtu (12/2).
Ia mengungkapkan, fluktuasi harga jual kedelai impor tersebut sudah terjadi sejak pandemic Covid-19. Pada Mei 2021, sempat mencapai Rp10.000 per kilogramnya, kemudian turun dan sekarang naik lagi.
Berdasarkan informasi, penyebab tingginya harga jual komoditas impor tersebut di antaranya karena hasil panen dari negara asal berkurang, sehingga harga di pasaran negara asal juga naik serta adanya kenaikan indeks.
Sejak harga jual kedelai mencapai Rp9.000 per kilogram, produsen tahu tempe di Kudus sudah melakukan penyesuaian baik ukuran produk maupun harga jualnya.
Permintaan kedelai impor di tempat kami juga cukup stabil dengan rata-rata 15 ton per hari. Sebelum pandemi permintaannya memang cukup tinggi mencapai 20 ton per hari, ujarnya.
Sebetulnya, perajin tahu dan tempe memiliki alternatif kedelai lokal, namun harga jualnya hampir sama. Pedagang lebih memilih kedelai impor karena selain lebih bersih juga ada jaminan stok tersedia secara berkelanjutan, dibandingkan kedelai lokal.
Untuk stok kedelai impor di Kudus saat ini sekitar 60 ton dan masih bisa ditambah sesuai kebutuhan di pasaran. Sedangkan, stok kedelai lokal menyesuaikan musim panen.
Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300 pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo, dan Jati.
Kabid Fasilitasi Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Imam Prayitno mengungkapkan, komoditas kedelai sejak pandemi memang berfluktuasi, namun sejauh ini tidak ada permasalahan di pasaran karena stok juga tersedia. (ard)